Hari itu Selasa tanggal 10 Maret 2015, waktu yang akan saya
selalu ingat. Pertama kalinya saya mendaki gunung. Yaa, mendaki gunung menjadi
trend setelah adanya film 5cm. Walaupun jarak antara kemunculan film tersebut
sudah terpaut lama. Tidak ada rencana sama sekali untuk mendaki Gunung Merbabu
ditanggal tersebut. Kegiatan yang cukup awam bagi saya karena belum pernah sama
sekali untuk mendaki. Yang terlintaskan dipikiran cuman rasa penasaran. Saya tidak
memikirkan resiko dibalik itu.
Awalnya kenapa bisa mendaki disebabkan pas itu, SMA saya
mengadakan study tour. Nah kesempatan itu saya gunakan untuk mencoba mendaki. Kebetulan
sahabat saya waktu SD mengajak. Malam hari sebelum mendaki, saya diajak untuk
prepare alat-alat. Tetapi saya tidak ikut. Saya merasa alat-alat yang
dibutuhkan telah ada. Kami janjian untuk berkumpul keesokan paginya.
Waktu yang dijanjikan telah tiba, saya beranjak dari rumah
ketempat yang telah ditentukan. Lha kok pas banget. Sahabat saya tidak ada
ditempat itu. Terlintas dipikiran untuk pulang, namun karena sudah pamitan
untuk mendaki saya putuskan berangkat senidir. Saya tidak memikirkan resiko
yang akan terjadi. Yang saya kira mendaki gunung adalah hal yang menyenangkan
dan tidak terlalu berat.
Setelah di jalan, saya teringat kalau saya tidak mengetahui
jalur pendakian yang akan digunakan. Untuk info saja jalur pendakian Gunung
Merbabu kurang lebih ada 4 jalur. Disitu insting saya di uji coba. Akhirnya saya
memilih jalur yang bernama Wekas dari arah barat bagian gunung. Saya memilih
jalur itu karena jalu itu belum pernah dicoba oleh sahabat saya. Tambah persoalan
saya tidak tahu jalan menuju Desa Wekas tempat basecamp pendakian.
Perjalanan yang saya lakukan tidak terlalu mulus, dari Jogja
sampe Magelang hujan deras. Terbesit untuk balik arah dan pulang ke rumah. Namun,
semangat untuk mendaki menghangatkan udara hujan kota Maegelang. Sampai Magelang,
mamir dulu ke rumah makan padang mengisi perut. Tak lupa menanyakan jalan. Sepertinya
masalah masih mengikuti saya. Orang yang saya tanyai tidak tahu jalan menuju
basecamp. Akhirnya di kota Magelang saya berputar putar hinga satu jam lamanya.
Sang Surya mulai menutup diri hari mulai petang. Terlihat
dari jauh kokohnya Gunung Merbabu. Ide bermunculan. Lantas saya mencari
jalan yang mengarah ke gunung. Ku susuri terus jalan itu. Hingga pada akhirnya
jalan tersebut mengecil dan bercabang. Ditambah gunungnya mulai terttutup
lembutnya kabut. Ternyata saya memilih jalan yang salah. Saya memilih jalan
yang masuk ke hutan dan itu tidak ada kendaraan yang sama temui dan jauh dari
desa.
Akhir dari jalan itu same di terminal Magelang. Di terminal
ada angkot yang mau ke desa basecamp. Kemudian
saya ikuti. Pada akhirnya saya telah sampai di desa Wekas. Saya sangat senang
telah bisa sampai di basecamp. Tak lelahnya masalah hinggap pada saya. Di basecamp
saya tidak menjumpai sahabat saya. Seluruh desa saya kelilingi dan tidak
menjumpai sama sekali. Akhirnya saya kalah dengan masalah dan memutuskan untuk
pulang setelah perjuangan untuk sampai di basecamp sudah berat.
Tidak sangka dan tidak diduga sebelum saya meninggalkan
desa, teman saya muncul dari pintu masuk desa. Semangat yang padam kembali
menggelora. Kami bercerita tentang perjalanan menuju basecamp. Ternyata dia
sempat salah arah dan harus berputar. Setelah persiapan kami memutuskan mendaki
jam setengah tujuh. Tak lupa kami panjatkan doa kepada Sang Pemilik Seluruh
Alam agar diberi kelancaran dan keselamatan.
Tidak ada persiapan yang saya lakukan mebuat saya terkejut,
ternyata mendaki gunung tidak semudah dan segampang yang saya pikirkan selama
ini. Baru sekitar 50 meter yang sudah meminta untuk istirhat. Butuh waktu
sekitar 3 jam untuk sampe pos 2, itu baru 1/3 perjalanan. Kami memutuskan untuk
mendirikan tenda di pos ini. Kami berencana menuju puncakpukul 3 pagi.
Keesokan harinya, tidak hanya jalur yang terjal. Suhu di
tempat itu mencapai 4 derajat Celcius. Saya sempat hipotermia. Jari-jari kaki
telah menghitam. Perjalanan menuju puncak tertunda hingga matahari muncul. Setelah
agak hangat kami memulai mendaki lagi. Sampai di pos 3, masalah datang. Tiba-tiba
badai datang dan pada saat itu jalur yang kami lalui sangat berat. Kanan-kiri
berupa jurang, kita harus merangkak karean kemiringan tebing. Kalau berhenti
disini, mungkin tidak selamat. Kami tetap lanjut hingga menjumpai batu yang
sangat besar hingga kami bisa berteduh dari badai. Lumayan lama kami berteduh. Setelah
agak reda kami melanjutkan kembali.
Pukul 11.00 siang, Alhamdulillah kami berhasil mencapai
puncak. Dipuncak kami bertemu teman-teman pendaki lain. Kami saling mengasih
selamat telah sampai dipuncak. Perasaan gembira menyelimuti kami semua. Setelah
diterjang badai pun kami tetap bisa sampai puncak. Pukul 13.00 kami memutuskan
untuk kembali ke tenda.
Perjalanan turun tidak terlalu berat. Setelah mengemasi
tenda dan barang-barang kami turun ke basecamp. Pas adzan magrib kami sampai di
basecamp. Kemudian kami membersihkan diri dan melaksanakan sholat sembari
bersyukur telah diberi keselamatan. Pukul 21.00 saya sudah sampai di rumah
tiada kekurangan suatu apapun. Pengalaman ini menjadi tidak terlupakan, karena
pernah menjumpai kejadian antara hidup atau mati. Karena pengalaman ini saya
merasa menjadi sangat kecil dihadapan-Nya. Pelajaran lain yang saya dapat
adalah jangan meremehkan alam. Jangan merasa sombong untuk hal apapun.
Terima kasih telah membaca tulisan saya walaupun banyak
kekurangan.